Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Cara Mengamalkan Dzikir Nafas Hu Allah

gambar orang berdzikir
Ilustrasi

Hartalangit.com – Dzikir Nafas adalah lentera pengerak semua sistem rohani dan jasmani serta merupakan inti dari segala dzikir yang memiliki banyak sekali keistimewaan jika di amalkan dengan benar dan istiqomah.

Nafas adalah cermin dari Ruh, nafas adalah kembaran bagi Ruh. Ruh adalah hakikat dan nafas adalah syariatnya. Ruh ibarat kapal dan ombak bagaikan nafas. Jika ombak tenang maka perjalanan kapal akan menjadi tenang, begitu juga Ruh, jika nafas seorang hamba tenang maka ia memberi kesan pada Ruhnya.

Para ulama 'Arifbillah mengamalkan dzikir nafas untuk membersihkan rohani. Para ahli bela diri malatih pernafasan untuk mengaktifkan tenaga dalam untuk meningkatkan kekuatan fisik, sedangkan para ahli hikmah menamakannya sebagai Nasma, yaitu gabungan kekuatan jasmani dan rohani.


Dzikir Nafas terbagi menjadi Dzikir Nufus, Dzikir Tanafas dan Dzikir Anfas yang saling berkaitan antara satu sama lain. Bermula nafas itu karena anfas, dan hidup anfas itu karena nuffus, manakala hidup nufus itu dengan rasa dan rasa itulah merupakan (diri) rasa ALLAH. Nufus, anfas dan tanafas adalah perkara ghaib yang wujud tanpa dapat dirasa dan dilihat seperti juga nafas.

Kedudukan sistem batin dan spiritual ini bergerak dengan Kuasa Qudrat yang mutlak dan hanya dapat dilihat dengan mata hati oleh mereka yang hatinya terbuka secara lahir dan batin.

Kedudukan Anfas adalah dihidung, kedudukan Tanafas adalah ditelinga, kedudukan Nufus adalah dijantung dan kedudukan Nafas adalah dimulut.

Anfas, Nafas, Tanafas dan Nufus merupakan satu “kuasa” ataupun keadaan yang keluar masuk (bergerak) dalam tubuh Manusia. Apakah Manusia mampu memahami  pergerakan sistem spiritual dan rohani ini tanpa mengenal ROBB-nya dan ILLAH-nya.

Pengerakan Nafas, Anfus dan Tanafas adalah satu sistem super canggih yang ajaib. Tanafas bergerak ditelinga, Nufus bergerak dijantung, Anfas bergerak dihidung dan Nafas bergerak dimulut.

Dari keempat unsur ini, Nafaslah yang bisa dirasa dan disentuh serta mudah untuk diyakini karena setiap orang bisa merasakannya.

Dzikir yang digabungkan dengan teknik pernafasan yang benar atau sering disebut Dzikir Nafas akan memberikan banyak sekali manfaat. Imam Ghazali mengatakan bahwa dzikir yang dilakukan dengan nafas akan mempercepat proses penyucian hati (membakar mazmumah).

Pernafasan yang betul akan memaksimalkan penyerapan oksigen yang berperan penting dalam kehidupan dan kesehatan Manusia.  Kekurangan oksigen dapat menyebabkan seseorang mengalami berbagai macam penyakit seperti kanker, gangguan saraf, leukemia dan penyakit-penyakit lainnya.

Untuk mengamalkan Dzikir Nafas kita wajib memulangkan dzat, sifat dan af’al kepada dzat, sifat dan af’al ALLAH yang berarti mengembalikan segala wujud kita yang dzahir kepada wujud kita yang batin, yaitu Ruh dan pulangkan wujud Ruh pada hakikatnya Wujud Yang Qadim yaitu Dzat ALLAH.


La maujud illallah yang maksudanya adalah tiada yang ada di alam ini pada hakikatnya melainkan ALLAH jua. Hakikat nafi pada diri kita ialah:

- La wujud (tiada yang wujud)

- La qadir (tiada yang kuasa)

- La hayun (tiada yang Hidup)

- La muridun (tiada yang berkehendak)

- La alimun (tiada yang mengetahui)

- La samiiun (tiada yang mendengar)

- La basirun (tiada yang melihat)

- La mutakalimun fil haqiqathi illaLah (tiada yang berkata-kata pada haqiqatnya melainkan ALLAH)

Berkata para Arifbillah: “matikan dirimu sebelum engkau dimatikan” (Hadits Sohih). Mati disini dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Mati Hissii, yaitu seolah-olah sudah bercerai ruh dari jasad, tiada daya upaya walau sedikitpun. Pada hakikatnya hanya ALLAH yang berkuasa, kemudian dimusyahadahkan didalam hati dengan menyaksikan kebesaran sifat Jalal dan Jamal-Nya serta kesucian-Nya.

2. Mati Ma’nawi, yaitu hilang segala sesuatu didalam hatimu melainkan hanya berhadapan dengan ALLAH. Apa hakikat Asolatu Miraju lil Mukminiin. Miraj yaitu lepas sempurna mematikan diri kita, maka hendaklah melakukan miraj yang artinya menaikkan nafas kita melalui alam “Qaba qawsain au adana”, yaitu antara kening merasa penuh limpah dalam alam Qudus dalam benak kita hingga hilang segala ingatan yang lainnya.

3. Mati dalam hidup dan hidup dalam kematian, inilah hakikat matilah kamu sebelum kamu di matikan. Mati segala usaha ikhtiar, segala daya upaya diri kita hanya kita mendirikan solat dengan melihat pada mata hatinya dari ALLAH, dengan ALLAH dan untuk ALLAH.

Dari ALLAH mengerakkan ruhaniah, dari ruhaniah mengerakan Al-Hayat, dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad. Pada hakikatnya semua itu ALLAH yang menggerakkan semuanya, sebagaimana firma-Nya: “Dan tiadalah yang melontar oleh engkau ya Muhammad Sholallahu Alaihi Wasalam - ketika engkau melontar tetapi ALLAH yang melontarnya”. Pada pandangan dzahirnya perbuatan hamba tetapi pada pandangan matahati adalah perbuatan ALLAH.

4. Mati dalam tidur adalah satu rahasia ma’rifat dalam hidup yang hanya diketahui oleh para Arifbillah dan Alimbillah, bukan oleh alimbil kitaab. Dzikir Nafas adalah Ummul Zikir yang mampu memberi kekuatan Rohani adalah Dzikir Khafi yang dijelaskan dalam beberapa hadits sohih.


Dzikir Nafas adalah sebagai Nur Cahaya yang memancar keseluruh jiwa orang yang mengamalkannya. Dzikir ini dapat memecahkan kekentalan darah hitam yang berada dihati yang dianggap sebagai istana iblis. Selagi istana iblis tidak terpecah dan hancur musnah maka Nur Qalbi sebagai penyuluh lampu ma’rifat yang diharapkan itu tidak mungkin diperoleh. Nur itu tidak akan bersinar menyuluh kegelapan dalam diri. Kalaupun menyala tetapi cahayanya tidak akan terang.

Apabila Ruh diturunkan kebumi, ia berhajat pada Sifat Iftiqar ALLAH untuk berfungsi di atas muka bumi ini. Jika tiada Sifat Iftiqar maka Ruh tidak berfungsi. Ini disebabkan karena ia memiliki sifat yang suci dan tinggi yang tiada pengetahuan dan kehendak terhadap alam yang rendah (dunia). Oleh karena itu diperlukan Sifat Iftiqar untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di kehidupannya dan dunia. Sifat Iftiqar yaitu: Sifat Qudrat, Ilmu, Hayat, Iradat.

1. Qudrat (kuasa): Yaitu dinyatakan pada (Ruh Jasmani) dan diletakkan dalam jasad. Ruh memerlukan jasad untuk bergerak di atas muka bumi. (Nasma “fizikal”: kuasa batin yang hebat). Tanah: tubuh badan - istana hakikat.

2. Ilmu (ilmu): Dinyatakan pada (Ruh Sultani) dan menjadi akal apabila digabungkan dengan unsur air dan diletakkan pada otak. Ruh tidak akan dapat berfikir untuk kehidupan didunia tanpa ilmu bangsa dunia. (Air: akal - ilham, laduni pandangan tajam hikmah). Air: otak - istana syariat.

3. Hayat (hidup): Dinyatakan pada (Ruh Al Hayat) dan menjadi nafas apabila bergabung dengan udara. Ruh memerlukan nafas untuk berhubung dengan nafas. (Nafas: menstabilkan emosi, akal, kesehatan dan perjalanan Ruh). Angin / Udara: sistem pernafasan - istana tarikat.

4. Iradat (berkehendak) : Dinyatakan pada (Ruh Sairani Rawani) dan menjadi nafas apabila digabungkan dengan unsur api dan diletakkan dijantung / qalbi. Ruh memerlukan nafsu bangsa dunia untuk memakmurkan dunia. (Nafsu: ketenangan, kasyaf, asyik, cinta, rindu, syuhud, makrifat) Api: jantung - istana makrifat.

Sebelum Ruh dimasukkan ke dalam jasad, ALLAH melapisi Ruh Al-Qudsi dengan lapisan-lapisan sampai ke alam “Mulkiah” yang disebut “Qiswah Unsuriah”, yaitu alam Jabarut, alam Malakut dan alam Mulki karena kekuatan Ruh Al-Qudsi dapat menghancurkan jasad sebagaimana cahaya matahari yang dihalangi cahayanya kepada bumi dengan berbagai lapisan agar tidak terbakar bumi ini karena panasnya. Firman ALLAH SWT: “Lalu kutiupkan Roh-Ku dalam tubuh manusia”. (Al-Hijr:29)


Dalam Kitab Sirrul Asrar Syekh Abdul Qadir Jaelani mengatakan: Ruh adalah hakikat diri Manusia yang sebenarnya. Ruh adalah Nur cahaya yang tinggi yang dibalut dengan beberapa lapisan pakaian sebelum diturunkan ke alam dunia ini agar jasad tidak terbakar.

Setiap Ruh memiliki tempat ketika ia berada dalam jasad dan setiap insan wajib mengetahui bagaimana mengolah setiap lapisan tersebut agar tersingkap hijabnya (rahasia). Kenali dirimu dengan merenungkan kedalam dirimu, niscaya engkau akan mengenali TUHAN-mu tanpa huruf, tanpa suara, tanpa dalil dan tanpa perantara.

Galillah rahasia dalam dirimu sendiri sehingga berjumpa dengan air dari alam Malakut, alam Jabarut dan akhirnya Lahut, maka niscaya kamu akan dapat menyaksikan kembali bagaimana dirimu berhimpun dan bertasbih di alam Lahut serta menyaksikan bagaimana dirimu bersaksi akan diri Ke-TUHAN-an sebagaimana firman-Nya: “Adakah Aku TUHAN-mu, (Ruh menjawab) bahkan Kami menyaksikan”. (QS. al-Araf:172)

Siapa yang sampai ke alam ini maka ia mengambil ilmunya dari ALLAH tanpa perantara, yaitu ilmu Laduni. Di alam ini ia beribadah dari ALLAH, dengan ALLAH dan untuk ALLAH. Pandangannya senantiasa melihat pada dua alam, melihat diri-Nya di alam dzahir, yaitu Af’al, Sifat dan Asma, bermusyahadah dengan Dzat-Nya di alam Lahut. Adakala mereka itu fana (lebur) penglihatan di alam ini ketika mentajallikan rasa-Nya sehingga tiada yang dilihat melainkan ALLAH SWT.

Didalam kitab Kasaful Asrar dinyatakan bahwa wujud insan adalah bayang-bayang kepada wujud TUHAN. Tdak akan wujud bayang-bayang ini jika tiada yang memiliki bayang-bayang, tidak akan bergerak bayang-bayang melainkan bergeraknya yang memiliki bayang-bayang.

Jika kita memandang diri kita dan memandang wujud diri kita maka kita wajib memahami bahwa diri kita ini ada pemiliknya karena wujud kita menyatakan wujud diri-Nya. Semua yang ada dalam diri kita tidak lain adalah kenyataan sifat-sifatNya.

Meskipun Dia Al-Ghaib tetapi sangat dekat dengan hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat nadi yang ada di leher kita. Itu artinya ALLAH lebih dekat dibandingkan dengan keluar masuknya nafas didalam dada.

Kalimah HU adalah ringkasan dari kalimah HUWA pada kalimah HUWAL HAYYUL QAYYUM yang artinya “dzat ALLAH Yang Maha Esa hidup dan berdiri sendiri”

“Allah, tidak ada TUHAN (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang dilangit dan bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi ALLAH tanpa izin-Nya. ALLAH mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu ALLAH melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi ALLAH meliputi langit dan bumi. Dan ALLAH tidak merasa berat memelihara keduanya, dan ALLAH Maha Tinggi lagi Maha Agung” (QS Al-Baqarah ayat 255).


Pahamkanlah makna QUL HUWALLAHU AHAD yang artinya “katakanlah oleh-Mu” HUWA yakni dzat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai ALLAH Yang Maha Esa. Dimasudkan kalimah HU itu menjadi berbunyi HU HU HU Artinya DZAT DZAT DZAT.

Maka nafas keatas, keluar atau terbang tinggi berisi amalan batin yaitu HU.. HU.. HU.. dan kembali nafas kebawah di isi dengan amalan batin pula yaitu ALLAH.. ALLAH.. ALLAH..

Lafadz ALLAH ternyata memiliki keistimewaan jika ditinjau dari sisi hurufnya. Almarhum KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen) pernah memberikan penjelasan tentang keistimewaan tersebut.

Lafadz ALLAH terdiri dari empat huruf, yaitu alif (ا), lam (ل), lam (ل), dan ha (هـ). Tidak ada satupun yang sama dengan ALLAH, begitu juga tidak ada nama yang sama dengan ALLAH.

Jika lafadz ALLAH dibuang hurufnya dari depan, (maknanya) bertambah dekat dengan ALLAH. Kita tidak akan dekat dengan ALLAH jika tidak dibuang huruf alifnya menjadi “lillah” (karena ALLAH).

Bagaimanapun seseorang bisa masuk surga jika beramal dengan lillahi ta’ala. Lafadz "lillah" jika dihilangkan huruf (lam) yang pertama akan menjadi “lahu” (hanya kepada ALLAH).

Ini namanya Dhomir Sya-an, artinya “yang ada hanya ALLAH semata, selain itu tidak ada”. Orang itu jika sudah tahu ALLAH maka tidak akan tahu kecuali hanya ALLAH.

Adapun lafadz “lahu” jika huruf lam-nya dihilangkan maka tersisa “hu” yang bermakna tinggal ALLAH semata. Makanya dzikir orang yang sudah jadi Wali bukan ALLAH.. ALLAH.. ALLAH.. tapi HU.. HU.. HU.. itulah Dhomir Sya-an.


Berikut ini tata cara mengamalkan Dzikir Nafas HU ALLAH:

1. Sebelum mulai melakukan Dzikir Nafas sebaiknya berwudhu dulu, memakai pakaian yang bersih, memakai wewangian kemudian duduk bersila menghadap kiblat.

2. Baca Syahadat 1x, Sholawat Nabi 1x, Al-Fatihah 1x, Al-Ikhlas 1x, An-Naas 1x, Al-Falaq 1x. Lalu berdoa: Ya Allah, izinkan hamba mendekat kepada-Mu, perjalankan hamba ya ALLAH, hamba hanya ingin dekat dengan-Mu tiada yang lain.

3. Setelah berdoa kemudian pejamkan mata dan jangan bergerak sedikitpun selama 20 - 30 menit.

4. Mengikuti atau menyadari nafas yang keluar masuk dengan sendirinya. Keluar-masuknya nafas melalui hidung dan mulut tetap tertutup serta posisi lidah biasa saja tidak usah ditekuk ke atas.

5. Mengikuti atau menyadari nafas yang keluar masuk dengan sendirinya dengan di iringi Dzikir HU.. ALLAH.. dalam hati. Nafas masuk dzikirnya HU.. nafas keluar dzikirnya ALLAH..

6. Teruslah berdzikir tapi kesadaran tidak lagi kepada nafas atau kepada dzikir yang kita dawamkan, akan tetapi kepada ALLAH yang tidak diserupakan dengan apapun.

7. Tahap selanjutnya adalah wilayah fana (Wilayah ALLAH), jadi ALLAH sendirilah yang akan mengajarkan kepada kita dan setiap orang bisa mengalami pengalaman yang berbeda-beda.

Lakukanlah Dzikir Nafas dengan ikhlas dan berserah total kepada ALLAH. Jika timbul daya / dorongan untuk bersujud atau mendongak ke atas ikuti saja dan jangan dilawan. Selagi masih ada daya maka tetaplah berdzikir sampai daya tersebut hilang yang menandakan bahwa Dzikir Nafas selesai.


Demikian sedikit informasi tentang fadhilah dan cara mengamalkan Dzikir Nafas HU ALLAH yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar ilmu hikmah dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Cara Mengamalkan Dzikir Nafas Hu Allah"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: