Advertisement

Filosofi dan Tuah Keris Pamor Janur Sinebit

gambar keris tilam upih pamor janur sinebit
Pamor Janur Sinebit
Hartalangit.com – Pamor Janur Sinebit termasuk salah satu pamor rekan yang cukup langka. Bentuknya berupa garis-garis yang membujur dari pangkal sampai ujung bilah Keris.

Sepintas bentuk motif pamor Janur Sinebit mirip dengan pamor Gajah Gelar, bedanya garis-garis pamornya mengumpul ditengah bilah, sedangkan garis-garis pada pamor Gajah Gelar jaraknya lebih renggang dan yang paling tepi berada tepat dipinggir bilah seperti pamor Wengkon.

Keris dengan pamor Janur Sinebit dipercaya memiliki tuah untuk mendatangkan ketentraman, kebahagiaan dan untuk tolak bala.

Janur Sinebit adalah daun kelapa yang masih muda yang disebit (disayat). Dalam tradisi masyarakat Jawa dan Bali, janur sering disertakan dalam acara-acara penting seperti pernikahan dan upacara adat lainnya sebagai simbol harapan agar apa yang dikerjakan mendapatkan berkah dari TUHAN.

Doa-doa dan harapan tersebut diwujudkan dengan ornamen-ornamen tertentu menggunakan daun kelapa muda (janur) yang memiliki makna simbolik, bukan sekedar hiasan untuk memperindah dekorasi.

Secara harfiah, Janur adalah singkatan dari “Sejatine Nur” yang artinya adalah “Sejatinya Cahaya” atau “Nur Illahi”.


Keris sejatinya merupakan media doa yang dipanjatkan oleh Empu pembuatnya kepada TUHAN agar apa yang menjadi harapan dan cita-cita pemiliki Keris dapat tercapai.

Doa-doa tersebut dimantramkan pada lipatan-lipatan logam dan kemudian ditempa menjadi sebilah Keris dengan dhapur dan pamor yang melambangkan harapan atau cita-cita pemiliknya.

Doa-doa yang dipanjatkan oleh sang Empu kepada Sang Pencipta akan dikhususkan untuk sipemesan Keris sesuai dengan harapan, profesi dan karakternya.

Jadi secara prinsip, bagi masyarakat tradisional Keris merupakan milik pribadi karena dibuat secara khusus untuk pemiliknya dengan bantuan seorang Empu. Keris tersebut  mewakili harapan atau cita-cita pemiliknya.

Kehendak pribadi yang ditanamkan kedalam sebilah Keris akan berlaku selamanya, dan itu merupakan energi spiritual yang kuat untuk selalu menjaga dan membantu pemiliknya dalam mencapai cita-citanya.

Oleh karena itu, tidak ada perdagangan Keris pada masa lalu karena kebanyakan Keris hanya dibuat dengan tuah yang dikhususkan bagi pemiliknya dan keturunannya.


Setiap kali seorang Empu akan membuat sebilah Keris sesuai dengan tata cara baku atau pakemnya, maka dia akan mempersiapkan diri secara spiritual. Sang Empu harus membersihkan jiwa dan raganya dengan cara berpuasa atau tirakat dan mengurangi tidur.

Seorang Empu hanya akan tidur sebentar sesudah tengah malam dan melakukan semedi untuk memohon petunjuk kepada TUHAN tentang Keris yang akan dibuatnya.

Setelah mendapatkan jawaban dari TUHAN melalui pertanda atau wangsit, biasanya sang Empu juga akan meminta orang yang memesan Keris agar melakukan tirakat dan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa supaya diperkenankan untuk memiliki Keris yang bagus dan cocok untuk dirinya.

Empu Keris juga akan menanyakan nama lengkap, pekerjaan serta hari kelahiran (weton) orang yang memesan Keris tersebut untuk disesuaikan dengan bentuk dan karakter Keris yang akan dibuatnya. Tujuannya  agar Keris yang akan dibuat benar-benar sesuai dengan apa yang di inginkan oleh sipemesan Keris.


Data tersebut akan dipergunakan oleh Sang Empu untuk mulai merancang bentuk dapur dan pamor Keris agar tercipta sebilah Keris yang bagus, baik dari sisi eksoteri maupun isoterinya.

Dalam proses pembuatan Keris sang Empu juga akan menyiapkan sesaji dan ubo rampe yang diletakkan didalam besalen sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dan perlindungan dari TUHAN selama berlangsungnya proses pembuatan Keris.

Keris yang dibuat oleh seorang Empu akan selalu disesuaikan dengan karakter dan profesi dari orang yang memesannya, sehingga energi Keris bisa selaras dan berfungsi dengan baik. Misalnya saja Keris untuk seorang pejabat tidak akan cocok dimiliki oleh seorang pedangang, Keris untuk seorang pemimpin tidak cocok dimiliki oleh seorang petani.

Jadi dalam memilih Keris untuk ageman sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan garap dan pamornya saja, tapi juga harus mempertimbangkan sisi isoterinya yang merupakan fungsi utama dari sebilah Keris.

Memilih Keris pusaka untuk ageman harus disesuaikan dengan tujuan dan karakter pemiliknya agar bisa selaras dan bisa dirasakan tuahnya.


Demikian sedkit informasi tentang filosofi dan tuah Keris pamor Janur Sinebit yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Keris pusaka dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Filosofi dan Tuah Keris Pamor Janur Sinebit"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: