Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Ciri Khas dan Keistimewaan Keris Surakarta

gambar keris sinom robyong tangguh pb 7
Ilustrasi Keris Surakarta (PB VII)
Hartalangit.com – Keris-Keris tangguh Surakarta (PB) terkesan sangat gagah dan berwibawa dengan ukuran bilah lebih panjang jika dibandingkan dengan Keris Jawa era sebelumnya.

Ciri khas Keris Surakarta, yaitu bentuk bilahnya terkesan anggodong pohung (menyerupai bentuk daun singkong) dan ujungnya yang mbuntut tumo (seperti ekor kutu rambut).

Rata-rata ukuran bilah Keris tangguh PB lebih panjang dari Keris tangguh Mataram dan Majapahit yang rata-rata panjang bilahnya hanya sekitar 33 - 35 cm, sedangkan ukuran panjang bilah Keris tangguh Surakarta sekitar 35 - 38 cm.


Selain panjang, bilah Keris tangguh Surakarta kebanyakan juga lebih tebal dari bilah Keris pada umumnya serta gemuk di tenganya menyerupai tubuh kadal bunting (ngadal meteng).

Bentuk gonjonya agak melengkung dan bagian sirah cecaknya tidak begitu meruncing pada ujungnya. Sedangkan gulu meled dan wetengannya berukuran sedang.

Pamor pada Keris-Keris tangguh Surakarta rata-rata bercorak rumit, lembut dan biasanya merata di seluruh permukaan bilah Keris.

Sedangkan untuk pamor miring pada Keris-Keris tangguh Surakarta bisa dikatakan sangat rapi dan jalur pamornya tidak bertindihan satu sama lainnya sehingga membuat penampilan Keris PB terlihat semakin menawan.

Keris-Keris gaya Surakarta memiliki pamor yang cukup beragam, tapi yang paling banyak dijumpai adalah pamor Wos Wutah, Pendaringan Kebak, Ron Genduru, Wengkon Isen, Koro Welang dan Lar Gangsir.

Selain memiliki ciri khas pada bentuk bilah dan pamornya, ada juga beberapa detil yang menjadi ciri khas Keris PB, contohnya posisi dho-nya yang sangat wangun (elok) dan pas berurutan membentuk greneng yang luwes.

Pada Keris luk biasanya bentuk luk-nya rengkol (sarpo nglangi) atau seperti ular yang sedang berenang. Dan pada dhapur Keris yang memakai kembang kacang biasanya bentuknya nggelung wayang.

Keris Surakarta yang memakai tungkakan sudutnya mbeung (tidak lancip) dengan ekor gonjo yang melebar. Gandik Keris Surakarta tidak terlalu miring dan lekukan di atasnya tidak terlalu dalam.

Keris-Keris karya Empu zaman Kerajaan Surakarta lama rata-rata mutrani dhapur-dhapur yang terkenal pada masa sebelumnya seperti dhapur Sengkelat, dhapur Naga, dhapur Parungsari dan bahkan Keris-Keris Kalawijan yang jumlah luknya lebih dari 13.

Jadi bisa disimpulkan bahwa Keris tangguh Surakarta sebenarnya hanya mutrani atau membuat ulang bentuk dari Keris-Keris yang sudah ada dari tangguh-tangguh sebelumnya. Tapi meskipun hanya mutrani, Keris tangguh PB memiliki ciri garap yang khas yang berbeda dengan Keris-Keris tangguh lain.

Ciri Keris pada masa Paku Buwono II hingga Paku Buwono IV, pada bagian pesinya selalu ada tanda palang (+) dan ditengah bilahnya terdapat besi sebagai penguat, khususnya Keris karya Empu Brojoguno. Maka tidak heran jika Keris Brojoguno bisa menembus koin logam.

Besi tersebut berfungsi untuk memperkuat dan memperkokoh bilah Keris sehingga menjadikan Keris Brojoguno lebih kuat dari Keris yang lain. Hal itu bukan karena ujungnya yang runcing, tapi karena bilahnya di isi besi sehingga menjadi sangat kuat.


Pada masa PB IV hingga PB IX, bentuk Keris Surakarta terkesan mbangkek atau memiliki bangkekan (pinggang) atau nggodong andong.

Keris-Keris yang lahir pada masa PB IV sampai PB IX memiliki ukuran bilah yang lebih panjang dari Keris-Keris tangguh sebelumnya sehingga banyak yang termasuk kategori Corok (Keris besar) karena ukuran panjang bilahnya melebihi ukuran panjang bilah Keris normal.

Tapi pada masa PB X, ukuran bilah Keris Surakarta kembali dibuat menjadi lebih pendek, kurang lebih panjangnya sekitar 34 - 35 cm seperti ukuran bilah Keris pada umumnya.

Material logam Keris tangguh Surakarta (PB) juga lebih bagus dibanding Keris-Keris lain, terutama bahan pamornya karena wilayah Surakarta memiliki bahan pamor meteor yang kualitasnya sangat bagus.

Pada masa sebelum PB IX banyak Empu Keris yang menggunakan besi malela sebagai bahan pembuatan Keris. Tapi mulai PB IX hingga PB XII, bahan Keris Surakarta banyak yang menggunakan bale lumur, yaitu besi dari meriam yang rusak atau pecah.

Penyebutan bale lumur kemungkinan karena salah pengucapan dari kata baltimore, sebuah kota di Inggris yang pada masa silam merupakan pusat pembuatan senjata termasuk meriam.

Keris-Keris Surakarta memang terkenal dengan kualitas pamornya yang bagus. Warna pamor Keris Surakarta lebih cerah, lebih detil dan memenuhi seluruh permukaan bilahnya karena Surakarta atau wilayah Solo memiliki banyak cadangan bahan pamor berkualitas, salah satunya adalah batu meteor yang jatuh di kawasan Prambanan pada zaman PB II.

Keris-Keris tangguh PB, terutama PB IX dan sesudahnya lebih banyak yang berpamor Pendaringan Kebak, Udan Mas dan Wengkon Isen.

Mungkin karena pada masa itu sudah tidak lagi dalam masa peperangan dimana situasi dan kondisi Keraton sudah mulai tenang dan perekonomian sudah lebih tertata sehingga Keris-Keris pada masa itu lebih banyak yang dibuat dengan pamor-pamor kerejekian atau yang melambangkan kemakmuran.


Demikian sedikit informasi tentang ciri-ciri dan kelebihan Keris tangguh PB (Surakarta) yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Keris pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Ciri Khas dan Keistimewaan Keris Surakarta"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: