Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Sejarah dan Filosofi Keris Kolo Munyeng

gambar keris kolomunyeng
Ilustrasi Keris Kolo Munyeng
Hartalangit.com – Keris Kolo Munyeng atau Kala Munyeng adalah salah satu dhapur Keris lurus dengan ukuran bilah normal. Ricikan pada Keris ini, antara lain: Gandhik polos, Tikel Alis, Sogokan satu dibagian depan yang memanjang sampai ujung bilah, Sraweyan dan Ri Pandan.

Keris Kolomunyeng atau Kalamunyeng merupakan salah satu Keris yang sangat legendaris dan memiliki muatan sejarah. Keris ini pernah dibawa ke Negeri Belanda pada akhir abad ke-17 M karena dianggap mampu melahirkan semangat resistensi terhadap Kompeni Belanda, tapi kemudian dikembalikan lagi ke Gresik pada tahun 1772. Keris ini sampai sekarang masih tersimpan di makam Sunan Giri dan replikanya tersimpan di Museum Daerah Kabupaten Gresik.

Konon, Keris Kalamunyeng merupakan penjelamaan dari pena (kalam) milik Kanjeng Sunan Giri. Menurut Babad Gresik, Raden Paku mendirikan Kedaton Tundo Pitu (istana bertingkat tujuh) diatas bukit Giri Kedaton. Ditandai condro sengkolo yang berbunyi Sumedya Resik Herwulu tahun 1408 Saka atau 1486 Masehi.

Sunan Giri yang nama kecilnya adalah Raden Paku alias Muhammad Ainul Yakin tidak hanya dikenal sebagai penyebar agama Islam yang gigih, tetapi juga merupakan sosok pembaharu pada masanya.

Pesantrennya yang dibangun diperbukitan Desa Sidomukti diselatan Gresik tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan agama dalam arti yang sempit, tetapi juga menjadi pusat pengembangan masyarakat.

Giri Kedaton bahkan tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa kala itu. Ketika Demak Bintoro yang dipimpin Raden Patah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, Sunan Giri bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal itu tercatat dalam Babad Demak.

Baca juga: Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit dan masa keruntuhannya

Pada perkembangannya, Demak juga tidak lepas dari pengaruh Sunan Giri, bahkan beliau juga diakui sebagai pemimpin tertinggi keagamaan setanah Jawa pada masa itu.

Meluasnya pengaruh Sunan Giri di Gresik membuat Prabu Brawljaya Raja Majapahit kala itu murka dan akhirnya memerintahkan Patih Gajah Mada dan pasukannya untuk melakukan peyerbuan ke Giri.

Penduduk Giri ketakutan melihat kedatangan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Patih Gajah Mada dan berlarian mencari perlindungan ke Kedaton Sunan Giri.

Sunan Giri yang saat itu sedang menulis sangat terkejut melihat pasukan Majapahit yang datang menyerang ke tempatnya dan pena (kalam) yang ada ditangannya spontan dilontarkan ke arah rombongan pasukan Majapahit.

Kemudian Sunan Giri berdoa pada Sang Pencipta untuk meminta perlindungan. Karena karomah yang dimiliki Sunan Giri, ternyata kalam (pena) yang dilemparkan Sunan Giri tersebut berubah menjadi sebilah Keris yang terbang melayang-layang dan berputar-putar menyerang rombongan pasukan Majapahit hingga menyebabkan banyak prajurit Majapahit tewas dan sisanya lari kocar-kacir kembali ke Majapahit. Dari kisah itulah kemudian Keris sakti tersebut kemudian dinamakan Keris Kalamunyeng atau Kalam Berputar.

Filosofi dan tuah Keris Kolo Munyeng:

Keris Kolo Munyeng memiliki makna waktu yang berputar, dari kata Kolo atau Kala yang berarti waktu dan Munyeng yang artinya berputar. Keris ini memiliki filosofi yang sangat dalam sebagai pesan untuk kita sebagai Manusia hendaknya bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena waktu kita didunia ini hanya sebentar. Waktu akan terus berputar dan tidak akan pernah kembali lagi.

Sedangkan tuah dari Keris Kolo Munyeng dipercaya dapat menghalau musuh atau marabahaya yang datang, untuk menangkal bencana dan wabah penyakit.

Baca juga: Makna filosofi Keris Kolo Nadah

Demikian sedikit informasi tentang sejarah dan filosofi Keris Kolo Munyeng yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar sejarah dan benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat

Terima kasih

Post a Comment for "Sejarah dan Filosofi Keris Kolo Munyeng"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: