Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Filosofi dan Tuah Keris Kidang Mas

keris kidang mas
Keris Kidang Mas
Hartalangit.com - Keris Kidang Mas atau Kidang Kencono adalah salah satu bentuk dhapur Keris luk 9 dengan ukuran panjang bilah sedang dan tidak memakai odo-odo. Ricikan pada Keris ini, antara lain: gandik polos, memakai pejetan, tikel alis dan greneng. Selain itu tidak ada ricikan lainnya.

Keris Kidang Mas tampak begitu sederhana dengan gandik lugas tanpa kembang kacang dan sogokan. Tapi dibalik kesederhanaan itu, Keris Kidang Mas memiliki makna filosofi yang dalam tentang kehidupan dan tetap memiliki daya tarik tersendiri karena jika di amati lebih dalam, maka akan semakin terlihat keindahan dibalik kesederhanaan itu.


Jika dicermati, untuk membuat sebilah Keris berluk tanpa ricikan kembang kacang namun tetap terkesan indah dan luwes justru memerlukan ketelitian karena tanpa adanya kembang kacang, luk Keris dari tarikan awal harus benar-benar pas sesuai petungnya agar tetap terlihat luwes dan enak dipandang.

"Kidang" atau kijang menjadi perlambang untuk sesuatu yang diburu atau yang dikejar, karena kijang adalah hewan buruan, sedangkan "Mas" atau emas adalah logam mulia bernilai tinggi yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan. Jadi, tuah dari Keris Kidang Mas adalah untuk membantu pemiliknya agar bisa mencapai kemakmuran dan kejayaan.

Keris Kidang Mas juga merupakan pepeling (pengingat) bahwa dalam hidup ini jangan terlalu silau akan hal-hal keduniawian (harta benda) yang kadang justru bisa menjerumuskan kita.

Jika kita mengupas lebih dalam tentang maknanya, sesungguhnya Keris Kidang Mas memiliki makna filosofi yang sangat dalam sebagai tuntunan hidup.


Kisah pewayangan "Ramayana", mungkin menjadi inspirasi dari Keris dhapur Kidang Mas karena cerita Ramayana memiliki banyak pituduh, kaweruh dan berbagai pelajaran hidup. Dari mulai kesetiaan, kepahlawanan, pengorbanan, cinta kasih, bahkan bisa digali sebagai perjalanan spiritual seorang perempuan yang diwakili oleh tokoh Dewi Shinta.

"Sawijining kewan alasan memper wedhus, nanging ulese mrusuh kuning ngemu giring arane kidang kencana. Aja dumeh kidang, nanging beda lan kidang liyane, dheweke duwe prabawa kang gedhe, nganti gawe kepencute sapa kang wuninga. Mungguh sapa sejatine kang memba-memba dadi kidang iki, ora liya abdi kinasih, hiya pothete negara Ngalengka, kang ora ana liya kajaba Ditya Kala Marica saperlu nggora godha Dewi Sinta. Sang Dewi kapilu marang kaendahane kidang Kencana nganti lali purwa duksina manawa tetelune lagi ana madyaning alas kang gawat kaliwat. Kidang musna lan Sang Dewi aminta ingkang raka Prabu Rama supaya arsa ambujung nganti kacandhak arsa kanggo klangenan"

Kutipan di atas adalah penggalan dari kisah Ramayana yang berlatar di Negeri Mantili, Kerajaan Alengka, Hutan Dandaka, Gua Kiskendo dan Taman Argasoka.

Bagian dari sinopsis cerita tersebut adalah ketika Rama Wijaya, Shinta, dan Leksmana sedang bertualang ke hutan Dandaka, dan Rahwana yang murapakan Raja Alengka ketika melihat Dewi Shinta langsung jatuh hati dan ingin memperistrinya. Maka kemudian Rahwana menyuruh seorang raksaksa bernama Ditya Kala Marica untuk mengubah dirinya menjadi Kidang Mas/Kidang Kencono yang berarti Kijang Emas.

Dewi Shinta yang terpesona melihat keindahan Kidang Mas tersebut menyuruh Rama untuk menangkapnya. Lalu Rama pergi mengejar kijang itu. Setelah menunggu lama, Dewi Shinta merasa khawatir dan menyuruh Leksmana untuk menyusul Rama. Tapi sebelum meninggalkan Shinta sendirian, Leksmana membuat pagar ghaib berupa garis lingkaran sebagai perlindungan untuk Dewi Shinta.

Leksmana mewanti-wanti agar apapun yang terjadi Dewi Shinta harus tetap berada didalam lingkaran dan tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya melewati garis lingkaran tersebut agar tetap terjamin keselamatannya. Tapi karena kebaikan dan ketulusan hatinya, akhirnya Dewi Shinta terperdaya dengan penyamaran Rahwana yang kemudian berhasil menculik Dewi Shinta.

Dari kisah tersebut dapat kita petik pelajaran bahwa sesuatu yang indah kadang dapat membuat kita berambisi untuk mengejarnya tanpa memikirkan akibatnya. Nafsu duniawi yang terlihat begitu indah menyilaukan mata sebetulnya hanyalah sesuatu yang semu dan bisa menjerumuskan kita.


Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah Keris Kidang Mas yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Tetima kasih

Post a Comment for "Filosofi dan Tuah Keris Kidang Mas"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: