Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Makna spiritual dibalik kesederhanaan Keris Gumbeng

keris gumbeng
Ilustrasi Keris Gumbeng
Hartalangit.com - Gumbeng adalah salah satu dhapur Keris lurus yang bentuknya sangat sederhana. Bentuk dan ricikannya mirip seperti Keris Kebo Lajer dengan gandhik yang panjang tapi bilahnya sedikit lebih lebar. Umumnya Keris Gumbeng merupakan tangguh sepuh.


Dibalik bentuknya yang lugu dan sederhana, Keris Gumbeng memiliki muatan spiritual yang berkaitan dengan keselarasan Manusia dengan TUHAN dan alam semesta.

"Gumbeng" secara harfiah bermakna "tingkat kesadaran tertentu pada saat bersemedi", yaitu titik hening atau kondisi dimana hati, pikiran dan jiwa selaras dengan alam serta merasa begitu dekat dengan TUHAN. Kosong, hanya ada keheningan namun begitu damai.

Semedi/Meditasi adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menyelaraskan diri dengan alam semesta, yaitu untuk mencapai keselarasan pikiran, hasrat dan daya-rasa-cipta pada diri Manusia dengan TUHAN dan alam.

Dalam tataran tertentu, ketika bersemedi kita akan melalui suatu batas antara kesadaran pikiran dalam tataran Manusia dengan kesadaran hakiki atas makna ke-Tuhanan dan alam semesta. Semedi juga menjadi semacam metode penyucian batin dan untuk mengelola energi alam.

Dengan bersemedi kita bisa melalui sebuah batas dari tataran syariat, tarekat, hakikat dan makrifat yang disimbolkan dengan beberapa warna cahaya sampai pada batas pencapaian (Kala Bintulu) atau dalam budaya Jawa dikenal sebagai laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Atau menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam "Wedhatama", yaitu empat tahap laku yang disebut: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa.

Daya dorong kearah positif dan negatif harus diselaraskan, diharmoniskan dan selalu dijaga agar bisa seimbang. Jika nafsu bisa dikendalikan dengan baik, maka sama artinya kita telah bergerak untuk menyatukan diri dengan TUHAN.


Menyatukan diri disini bukan berarti menyatunya dzat manusia dengan Dzat TUHAN karena Manusia tidak perlu menyatukan dirinya dengan Dzat TUHAN, sebab keberadaan TUHAN sudah meliputi segala sesuatu.

Yang perlu disatukan adalah "Sifat, Asma, dan Af''al" Manusia agar selaras dengan Sifat, Asma dan Af’al TUHAN yang telah diberikan kepada Manusia sebagai Kodrad dan Irodad yang sudah ada dalam diri setiap Manusia.

Jadi tugas Manusia hanyalah menyelaraskan dan menyerasikan dirinya dengan Kodrad dan Irodad TUHAN. Inilah batas yang ada dalam semedi/meditasi.

Semedi tanpa menyadari adanya batasan diri akan menyebabkan Manusia menjadi "owah", atau berubah cara pikir dan perasaannya terhadap "lakuning urip lan kesejatian".

Ada berbagai cara untuk bisa menyatukan diri dengan TUHAN, di antaranya adalah dengan cara semedi/meditasi. Dalam hal ini kita harus bisa menyatukan segenap perasaan dan pikiran dengan nafas dalam bermeditasi.

Puncak dari adanya penyatuan dalam tingkatan umum ketika bersemedi adalah timbulnya ketenangan pikiran, hati dan jiwa. Karena hanya dengan selalu mengingat TUHAN, qalbu/hati kita bisa menjadi tenang.

Keris Gumbeng mengandung pesan agar kita senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada TUHAN serta selaras dengan alam semesta agar bisa mendapatkan ketenangan batin, seperti pada kondisi "Gumbeng" saat bersemedi. Sedangkan dari segi tuah, Keris Gumbeng dipercaya memiliki tuah untuk ketenangan batin atau kasepuhan, ketentraman keluarga dan pengayoman.


Demikian sedikit informasi tentang makna spiritual dibalik kesederhanaan Keris Gumbeng yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Makna spiritual dibalik kesederhanaan Keris Gumbeng"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: