Advertisement

Ajaran Spiritual Kanjeng Sunan Kalijaga

gambar lukisan sunan kalijaga
Ilustrasi
Hartalangit.com – Sunan Kalijaga adalah satu dari sembilan Wali (Walisongo) yang menyebarkan ajaran agama Islam di Nusantara. Ada berbagai versi tentang kisah kehidupan beliau yang menjadi cerita turun-temurun di masyarakat.

Sunan Kalijaga (Raden Syahid) juga memiliki banyak sebutan, antara lain: Brandal Lokajaya, Pangeran Tuban, Syekh Malaya, Raden Abdulrahman dan Kaki Walaka.

Beliau dikenal sangat piawai dalam berdakwah dengan metode pendekatan tradisi dan budaya sehingga membuat hati masyarakat dan para penguasa luluh dan tertarik untuk memeluk agama Islam.

Kombinasi ilmu agama yang mumpuni dan jiwa seni yang tinggi menjadikan metode dakwah Sunan Kalijaga bisa diterima dengan baik meskipun pada masa itu masyarakat Nusantara khususnya masyarakat Jawa sudah menganut agama dan kepercayaan lain.


Kanjeng Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang kulit, gamelan, suluk dan berbagai macam kesenian tradisional lainnya yang didalamnya diselipkan ajaran-ajaran Islam sebagai media dakwahnya.

Melalui pendekatan kebudayaan dan kearifan lokal inilah agama Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa pada masa itu dan pada akhirnya dengan suka rela memeluk agama Islam.

Selain dikenal sebagai pendakwah dan seniman, Kanjeng Sunan Kalijaga juga merupakan seorang filsuf yang banyak mengajarkan makna kehidupan.

Beliau mengajarkan falsafah Wit Galingga atau falsafah pohon kelapa, dimana Manusia seharusnya bisa mencontoh pohon kelapa yang dari ujung daun hingga ujung akarnya memiliki manfaat.

Filosofi Sunan Kalijaga yang paling terkenal dikalangan masyarakat Jawa adalah “Dasa Pitutur” atau 10 filosofi kehidupan yang bisa menjadi tuntunan agar Manusia selamat didunia dan di akhirat.


Berikut ini 10 filosofi kehidupan wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo:

1. Urip Iku Urup

Hidup itu hendaknya bisa memberi manfaat bagi lingkungan dan sesama.

2. Hamemayu Hayuning Bawana, Ambrasta Dur Hangkara

Manusia hidup didunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

Segala sifat keras hati, picik dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, kelembutan dan kesabaran.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha

Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan / mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan / kekayaan / kekuasaan, kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman

Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut, jangan kolokan / manja.

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman

Janganlah terobsesi / terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendho

Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah / cantik / indah, jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna

Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.


Ajaran Spiritual Kanjeng Sunan Kalijogo:

Salah satu ajaran sufi karya Kanjeng Sunan Kalijogo yang memuat nilai-nilai ajaran makrifat yaitu Suluk Linglung. Maha karya ajaran makrifat beliau ini didasarkan pada kitab Duryat yang digubah oleh Imam Anom menjadi Suluk Linglung.

Secara etimologi “Suluk” adalah jalan menuju kesempurnaan batin. Dari prespektif tasawuf Suluk memiliki arti khalwat (menyendiri atau melakukan pengasingan). Sedangkan dalam kasusastran Jawa, Suluk memiliki makna falsafah kehidupan, yaitu hubungan Manusia dengan TUHAN.

Sedangkan arti Linglung dalam khazanah Jawa berarti “Bingung” atau tidak tahu arah dan tujuan sebagaimana Kanjeng Sunan Kalijaga yang pernah mengalami dua sisi kehidupan yang berbeda, yakni sebagai anak seorang bangsawan dan pernah menjadi perampok.

Perjalanan spiritual Kanjeng Sunan Kalijaga tidak dapat terlepas dari petualangannya menjadi begal atau perampok yang dikenal dengan sebutan Brandal Lokajaya yang mempertemukan beliau dengan Kanjeng Sunan Bonang.

Ketika Brandal Lokajaya bermaksud untuk merampok Kanjeng Sunan Bonang ternyata tidak mampu mengalahkannya. Pada akhirnya Brandal Lokajaya (Raden Syahid) bertobat dan menjadi murid Sunan Bonang.

Menurut cerita, hal yang pertama yang harus dilakukan oleh Raden Syahid adalah menjaga tongkat Sunan Bonang dipinggir kali selama beberapa tahun hingga akhirnya dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.


Ajaran Sunan Kalijaga tentang makrifat dalam Suluk Linglung menekankan betapa pentingnya menjalankan syariat Islam sebagai jalur utama menuju ajaran hakiki, yakni tentang sholat lima waktu, puasa ramadhan, zakat dan ibadah haji.

Jika telah sempurna dalam menjalankan ajaran syariat, Kanjeng Sunan Kalijaga mengajarkan pentingnya kesadaran diri, yaitu dengan melakukan tirakat (tarekat) dan perenungan diri.

Inilah ajaran Sunan Kalijaga tentang makrifat, ada beragam aspek mistikisme Suluk Linglung seperti ilmu sejati, konsep suluk, nafsu dan konsep tentang Nur Muhammad.

Dalam bertarekat, Kanjeng Sunan Kalijaga mengajarkan pentingnya “tapa” atau menahan hawa nafsu yang dibagi menjadi 7 tahapan, antara lain:

1. Tapa Badan, yakni berbicara sopan santun, zakatnya dengan mengerjakan kebaikan.

2. Tapa Hati, yakni sabar, zakatnya bersih dari prasangka buruk.

3. Tapa Nafsu, yakni ikhlas, zakatnya adalah menjalani cobaan dan mudah memaafkan.

4. Tapa Ruh, yakni berkata jujur, zakatnya tidak mencela.

5. Tapa Rasa, yakni berlaku utama, zakatnya diam dan taubat.

6. Tapa Nur, yakni berlaku suci, zakatnya berhati ikhlas.

7. Tapa Hayu, yakni senantiasa waspada, zakatnya selalu ingat kepada ALLAH SWT.

Ajaran Sunan Kalijaga ini jika dikaji secara mendalam masih berkaitan dengan khazanah intelektualitas karya tasawuf lain seperti konsep martabat tujuh karya Abdul Karim Al-Jili, Ihya Ulumuddin, risalah-risalah ajaran Imam Al-Ghazali dan Kitab Sirr Al-Asrar karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani.


Demikian sedikit informasi tentang ajaran spiritual Sunan Kalijogo yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Ajaran Spiritual Kanjeng Sunan Kalijaga"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: