Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Sejarah Keris Empu Gandring dan berdirinya Kerajaan Singosari

keris mpu gandring
Ilustrasi

Hartalangit.com – Keris Empu Gandring merupakan Keris yang paling fenomenal karena kisahnya mengawali berdirinya Kerajaan Singhasari/Singosari yang merupakan cikal bakal Kerajaan-Kerajaan besar Nusantara. Keris Empu Gandring begitu tersohor karena kesaktian dan kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Kerajaan Singosari termasuk Ken Arok yang merupakan pemesan pertama Keris ini.

Keris ini dibuat oleh seorang Empu pembuat Keris yang terkenal sakti mandraguna bernama Empu Gandring atas pesanan dari Ken Arok. Kisah tentang keris Empu Gandring terdapat didalam kitab Pararaton atau Katuturanira Ken Anrok (gubahan tahun 1478 dan 1486 tanpa disebutkan penggubahnya). Di luar mitos soal kekuatan magis keris Empu Gandring, kisah ini menggambarkan intrik politik berdarah yang mengiringi perjalanan Kerajaan Singhasari yang didirikan oleh Ken Arok.

Baca juga: Pusaka-pusaka ampuh peninggalan Kerajaan Majapahit

Awal mula terciptanya Keris Empu Gandring berawal dari perasaan cinta Ken Arok kepada Ken Dedes. Dalam serat Pararaton disebutkan, Ken Arok berniat menghabisi Tunggul Ametung, seorang Akuwu (penguasa) di Tumapel. Niat ini muncul setelah secara tidak sengaja Ken Arok yang waktu itu menjadi abdi di Tumapel melihat betis mulus Ken Dedes yang saat itu masih menjadi istri Tunggul Ametung saat turun dari kereta.

Dan bukan itu saja, Ken Arok juga semapat melihat “barang rahasia” milik Ken Dedes yang tampak bercahaya. Ken Arok terkesima melihat pemandangan yang tidak biasa itu dan seketika itu tertarik menatap sang Dewi yang kecantikannya tiada tara didunia ini menurut Ken Arok.

Kemudian Ken Arok menceritakan apa yang dilihatnya itu kepada Dhang Hyang Lohgawe, seorang Brahmana yang waskita. Menurut sang Brahmana, wanita dengan tanda seperti itu disebut Nareswari. Ia adalah wanita utama dan merupakan Ratu dari semua wanita. Konon siapapun yang bisa memperistri wanita seperti itu, meskipun seorang pria papa dan hina dina sekalipun bisa menjadi Raja atau orang yang tinggi derajatnya.

Mendengar penjelasan sang Brahmana, tekad Ken Arok untuk mendapatkan Ken Dedes semakin bulat apapun cara dan resikonya, termasuk dengan menyingkirkan Tunggul Ametung. Ayah angkatnya yang bernama Bango Samparan menyarankan agar Ken Arok memesan Keris kepada kawan karibnya seorang pembuat Keris yang terkenal bernama Empu Gandring didaerah Lulumbang.

Dengan tekad yang sudah bulat berangkatlah Ken Arok menuju kediaman Empu Gandring, seorang Empu pembuat Keris yang sangat tersohor pada masa itu. Dengan Keris buatan Empu Gandring, Ken Arok berencana untuk menghabisi Tunggul Ametung untuk merebut tahta dan istrinya.

Setelah bertemu dengan Empu Gandring, kemudian Ken Arok memesan sebilah Keris sakti yang harus dikerjakan dalam waktu lima bulan. Empu Gandring mengatakan jika menghendaki Keris yang baik minimal membutuhkan waktu satu tahun untuk mengerjakannya. Tapi Ken Arok tetap bersikeras dan memberikan batas waktu lima bulan Keris pesanannya sudah harus selesai dikerjakan.

Setelah lima bulan, Ken Arok pun mendatangi kediaman Empu Gandring untuk mengambil Keris pesanannya. Tapi Ken Arok merasa kecewa dan marah karena ternyata Keris pesanannya belum selesai dikerjakan dan masih dalam proses penghalusan.

Baca juga: Proses panjang pembuatan sebilah Keris

Ken Arok sangat marah karena menganggap Empu Gandring tidak menepati janjinya, padahal sudah diwanti-wanti agar Keris pesanannya harus selesai dalam waktu lima bulan. Dengan penuh amarah akhirnya Keris yang belum sempurna itu di ambilnya dan ditusukkan ke tubuh Empu Gandring. Belum puas meluapkan amarahnya kemudian Keris itu disabetkan ke lumpang tempat kikiran besi dan lumpang yang terbuat dari batu itupun pecah menjadi dua, lalu Keris itu disabetkan lagi ke arah paron (alas untuk menempa besi) dan paron itupun hancur berkeping-keping.

Dalam keadaan sekarat, Empu Gandring mengucapkan kutukan bahwa Ken Arok dan tujuh keturunannya kelak juga akan terbunuh oleh Keris itu. Setelah mengucapkan kutukannya Empu Gandring meninggal oleh Keris buatannya sendiri.

Ken Arok sangat menyesal karena terlanjur marah dan telah menghabisi  Empu Gandring sebelum mencoba keampuhan Keris tersebut. Ternyata meskipun belum sempurna dikerjakan, Keris buatan Empu Gandring tersebut begitu sakti.

Pada perjalanannya Keris Empu Gandring benar-benar memakan banyak korban nyawa, dari mulai Tunggul Ametung, Ken Arok sendiri, dan keturunannya seperti sumpah Empu Gandring bahwa Keris itu akan meminta korban tujuh orang Raja.

Tujuan awal Ken Arok memesan Keris pada Empu Gandring adalah untuk menghabisi Tunggul Ametung penguasa Tumapel yang saat itu merupakan daerah bawahan Kerajaan Kediri yang waktu itu dipimpin oleh Kertajaya yang bergelar Dandang Gendis.

Tumapel sendiri adalah pecahan dari sebuah Kerajaan besar yang dulunya adalah Kerajaan Jenggala yang dihancurkan oleh Kediri, dimana keduanya awalnya adalah satu wilayah yang dipimpin oleh Airlangga.

Ken Arok menghabisi Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya, yaitu Ken Dedes. Ken Arok saat itu adalah orang kepercayaan dari Tunggul Ametung. Sebelum melakukan rencananya untuk menghabisi Tunggul Ametung, Ken Arok meminjamkan Keris Empu Gandring kepada Kebo Ijo yang yang merupakan rekan kerjanya di Tumapel dan juga orang kepercayaan Tunggul Ametung.

Kebo Ijo sangat menyukai Keris itu dan selalu membawanya kemana-mana, bahkan sering diperlihatkan pada orang-orang sehingga orang-orang Tumapel banyak banyak yang mengetahui jika Kebo Ijo memiliki Keris tersebut. Keris itu memang sengaja dipinjamkan kepada Kebo Ijo sebagai siasat Ken Arok agar nantinya yang menjadi tersangka pembunuh Tunggul Ametung adalah Kebo Ijo.

Pada suatu malam, Ken Arok mengambil Keris itu tanpa sepengetahuan Kebo Ijo lalu menggunakannya untuk menikam Tunggul Ametung yang sedang tertidur dan meninggalkan Keris itu tertancap didadanya.

Siasat Ken Arok tersebut ternyata berhasil karena hampir semua rakyat Tumapel termasuk para pejabat Tumapel percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung menghabisi  Kebo Ijo menggunakan Keris yang sama.

Setelah berhasil menyingkirkan Tunggul Ametung, Ken Arok mengambil alih jabatannya dan memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang hamil muda mengadung anak dari Tunggul Ametung yang setelah lahir diberi nama Anusapati.

Ken Arok dan Ken Dedes memiliki tiga orang putra dan satu orang putri, yaitu: Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agni Bhaya dan Dewi Rimbu. Sedangkan dari pernikahannya dengan Ken Umang, Ken Arok memiliki tiga orang putra dan seorang putri, yaitu: Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola dan Dewi Rambi.

Setelah berkuasa Ken Arok berhasil memperluas kekuasaan Tumapel hingga pada akhirnya mampu menghancurkan Kerajaan Kediri dan mendirikan Kerajaan Singhasari pada tahun 1222.

Ken Dedes merahasiakan kejadian sesungguhnya yang menimpa Tunggul Ametung, tapi setelah Anusapati dewasa dia menanyakan kepada ibunya kenapa Sang Amurwabhumi (Ken Arok) memperlakukannya berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Dia juga mempertanyakan kenapa bukan dirinya yang lebih tua tapi Mahisa Wunga Teleng yang dinobatkan sebagai Raja Kediri.

Ken Dedes akhirnya menceritakan rahasia bahwa Anusapati adalah anak tiri Ken Arok dan ayah kandungnya, yaitu Tunggul Ametung tewas ditangan Ken Arok. Mendengar hal itu Anusapati merasa sangat marah dan berniat menuntut balas, lalu dia meminta keris Empu Gandring yang dipegang oleh Ken Dedes.

Anusapati menyuruh Ki Pengalasan dari desa Batil untuk menghabisi Ken Angrok dengan Keris Empu Gandring. Ki Pengalasan berhasil melaksanakan tugasnya menhabisi Ken Angrok yang sedang makan pada waktu senja pada tahun 1247 (Versi Negarakertagama pada tahun 1227).

Setelah menyelesaikan tugasnya, Ki Pengalasan dihabisi oleh Anusapati untuk menghilangkan jejak. Sepeninggal Ken Arok, Anusapati dinobatkan sebagai Raja Singhasari namun masa kepemimpinannya tidak berlangsung lama karena Tohjaya, putra Ken Arok dari Ken Umang akhirnya mengetahui jika dalang dari pembunuhan Ken Arok adalah Anusapati dan Ki Pengalasan hanyalah orang suruhan Anusapati.

Setelah mengetahui hal itu Toh Jaya bertekad untuk balas dendam dan mengatur siasat dengan mengadakan acara sabung ayam yang sangat digemari oleh Anusapati. Tohjaya berhasil meminjam keris Empu Gandring dari Anusapati dan menukarnya dengan Keris lain.

Anusapati lengah karena terlalu asyik menikmati acara sabung ayam. Tohjaya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu lalu menikamkan Keris Empu Gandring ke dada Anusapati. Seketika itu juga Anusapati tewas ditempat terjadi pada tahun 1249 (Versi Negarakertagama menyebut Anusapati meninggal wajar).

Tohjaya mengeksekusi Anusapati berdasarkan hukum dimana Anusapati diyakini telah merencanakan pembunuhan terhadap Ken Arok. Setelah itu, Tohjaya mengangkat dirinya sebagai Raja menggantikan Anusapati.

Tohjaya tidak lama memerintah Singhasari karena timbul banyak gejolak dimasyarakat karena rakyat merasa tidak puas dengan kepemimpinannya. Bahkan perpecahan juga terjadi dikalangan elit istana yang merupakan keluarga dan saudaranya sendiri, diantaranya adalah Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.

Rangga Wuni, anak dari Anusapati juga menaruh dendam atas kematian ayahnya. Kemudian dia bersekutu dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng yang tidak terima tahta Kerajaan Kediri diambil oleh Tohjaya. Kemudian Rangga Wuni melakukan pemberontakan dan menyerang istana. Tohjaya berhasil melarikan diri, tapi karena terluka parah maka dalam pelarian itu Tohjaya meninggal dunia. Meskipun bukan meninggal karena Keris Empu Gandring, tapi kematian Tohjaya juga merupakan rangkaian dari kutukan Empu Gandring.

Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta Kerajaan Singhasari akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni yang memerintah cukup lama dan dikatakan merupakan masa damai Kerajaan Singhasari. Rangga Wuni menjadi Raja Singhasari bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Mahisa Cempaka turut pula memerintah dengan gelar Narasimhamurti. Mereka mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan Kerajaan Singhasari dan Kediri.

Sejak tewasnya Tohjaya, Keris Empu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya dan kutukan Keris Empu Gandring pun berakhir. Intrik politik berdarah antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung juga berakhir.

Baca juga: Kisah pemberontakan Ki Ageng Mangir dengan Tombak Pusaka Kyai Baru Klinting

Demikian sedikit informasi tentang sejarah Keris Mpu Gandring dan berdirinya Kerajaan Singosari. Untuk informasi lain seputar sejarah dan benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat

Terima kasih

Post a Comment for "Sejarah Keris Empu Gandring dan berdirinya Kerajaan Singosari"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: