Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai Tuntunan Hidup

gambar keris pandawa cinarita / pandowo cinarito
Keris Pendowo Cinarito
Hartalangit.com - Keris Pandawa Cinarita atau Pandowo Cinarito adalah salah satu dhapur Keris luk lima dengan ukuran panjang bilah sedang. Permukaan bilahnya ada yang nglimpo dan ada juga yang nggigir sapi karena memakai odo-odo.

Ricikan yang terdapat pada Keris Pandowo Cinarito, antara lain: kembang kacang, jalen, lambe gajah dua, tikel alis, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng.

Keris dhapur Pandowo Cinarito termasuk salah satu Keris pusaka yang cukup populer dan banyak di cari oleh para pecinta Tosan Aji.

Tuah Keris Pandowo Cinarito dipercaya dapat membantu pemiliknya lancar dalam berkomunikasi, sehingga akan disukai dalam lingkungan pergaulannya dan mudah untuk meyakinkan Orang lain.

Keris ini diyakini cocok di miliki oleh Orang-Orang yang dalam profesinya mengharuskan lebih banyak berbicara atau bekomunikasi dengan banyak Orang.

Keris dhapur Pandowo Cinarito dulu banyak dimiliki oleh para Dalang Wayang dan sampai saat ini masih banyak diburu oleh Orang-Orang yang berprofesi sebagai Marketing, MC, Motivator, Pembicara, Artis, Jaksa, Pengacara dan lainnya.


Filosofi Keris Pandowo Cinarito:

Dalam cerita pewayangan, rukun Islam digambarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijogo melalui karakter lima kesatria Pandawa. Kisah tersebut menceritakan jika para tokoh yang baik (protagonis) sekalipun sesekali bisa juga melakukan kesalahan.

Berikut ini penjabaran tentang 5 karakter tokoh Pandawa:

1. Rukun Islam yang pertama (Syahadat) digambarkan melalui tokoh tertua Pandawa, yaitu Raden Yudhistira / Samiaji / Puntadewa dengan senjata pamungkasnya yaitu Jimat Kalimosodo (Kalimat Syahadat).


Diceritakan bahwa Raden Yudhistira adalah seorang Raja yang bijaksana dan tidak pernah kalah atau putus asa. Dia selalu sabar dalam menghadapi musibah, selalu berbaik sangka kepada setiap Orang, dan jika perlu mengalah demi menjaga persatuan untuk menuju kejayaan.

Hal itu menggambarkan perjuangan para ulama dalam berdakwah untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara.

2. Rukun Islam yang kedua (Sholat) digambarkan melalui tokoh kesatria Pandawa, yaitu Raden Werkudoro / Bima / Brothoseno yang tidak pernah duduk dan selalu siap dengan Kuku Pancanaka-nya.

Artinya, bahwa sholat fardhu lima waktu harus selalu ditegakkan dalam keadaan apapun. Walaupun dalam kondisi sakit sekalipun sholat fardhu harus tetap dikerjakan seperti karakter Bima yang selalu berdiri kokoh setiap saat sebagai tiang Pandawa (Sholat adalah tiang agama).

Dalam pelaksanaan sholat, derajat Manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan termasuk antara rakyat jelata dan para pembesar Negara sekalipun. Hal itu digambarkan dengan sikap Werkudoro yang tidak pernah memakai bahasa halus (kromo inggil) dan selalu berbicara ngoko kepada semua orang tanpa bermaksud kurang ajar.

3. Rukun Islam yang ketiga (Puasa Ramadhan) digambarkan melalui tokoh kesatria penengah Pandawa, yaitu Raden Arjuna / Janoko / Permadi yang merupakan kesatria Pandawa yang paling tampan dan banyak digandrungi kaum wanita.

Hal itu merupakan perumpamaan Orang yang sedang berpuasa, dimana godaan hawa nafsu datang silih berganti begitu banyaknya yang menggoda untuk membatalkan puasa.

4. Rukun Islam yang keempat dan kelima (Zakat dan Haji) digambarkan melalui dua tokoh ksatria kembar Pandawa yaitu Raden Nakula dan Raden Sadewa.

Keduanya adalah tokoh Pandawa yang jarang muncul dalam cerita, hal itu sebagai penggambaran ibadah Zakat dan Haji yang hanya diwajibkan bagi Orang-Orang yang mampu saja. Akan tetapi, tanpa Nakula dan Sadewa, maka Pandawa akan rapuh dan tidak bisa berdiri tegak.

Hal itu merupakan gambaran umat Islam, jika tidak ada Orang-Orang yang sanggup membayar Zakat dan menunaikan ibadah Haji, maka fakir miskin akan berpotensi terjerumus dalam kekafiran dan kemurtadan, karena kesenjangan sosial antara Orang kaya dan Orang miskin tidak akan terjembatani.

Jadi, Keris Pandowo Cinarito adalah sebuah pesan untuk Manusia agar senantiasa ingat dan melaksanakan kelima rukun Islam.

Keris Pandawa Cinarita adalah media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Nusantara melalui pendekatan tradisi dan budaya masyarakat pribumi pada waktu itu.

Sejatinya sebilah Keris akan dirasakan tuahnya jika kita bisa memahami pesan atau petuah-petuah yang terkandung didalamnya kemudian menjadikannya sebagai tuntunan hidup. Bukan hanya untuk disimpan dan diharapkan tuahnya saja.


Demikian sedikit informasi tentang filosofi dan tuah Keris Pandawa Cinarita ( Pandowo Cinarito ) sebagai tuntunan hidup yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar benda-benda pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

1 comment for "Filosofi Keris Pandawa Cinarita Sebagai Tuntunan Hidup"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: