Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Makna dan Ajaran Spiritual Keris Pasopati

keris pasopati
Hartalangit.com - Keris Pasopati adalah salah satu dhapur Keris lurus yang cukup populer dan banyak dicari oleh para kolektor dan penggemar Tosan Aji. Ricikan yang terdapat pada Keris dhapur Pasopati, antara lain: Kembang kacang pogog yang menjadi ciri khasnya, Jalen, Lambe gajah satu, Sogokan rangkap, Tikel alis, Sraweyan dan Greneng. Ada juga yang memakai odo-odo sehingga permukaan bilahnya nggigir sapi.

Pasopati identik dengan senjata andalan Arjuna, salah seorang dari kesatria penengah Pandawa dalam cerita pewayangan. Pasopati dalam cerita pewayangan bukan berwujud sebilah Keris, tapi berewujud senjata panah.


Pasopati adalah simbol keteguhan dan kerendahan hati, seperti yang dikisahkan dalam cerita pewayangan ketika Arjuna bertapa karena bentuk kesadarannya sebagai seorang kesatria yang ingin melakukan dharma kewajibannya di tengah masyarakat.

Arjuna merupakan lambang pemimpin yang rela mengorbankan jiwa, raga dan harta bendanya demi Negaranya. Dalam tapanya Arjuna di uji oleh Dewa, apakah tapanya tersebut hanya demi ambisi pribadi atau benar-benar demi pengabdian yang murni.

Ujian pertama datang dalam wujud tujuh Bidadari utusan Bathara Indra dengan kecantikan yang tidak tertandingi menggoda Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakila. Tapi Arjuna tidak tergoda oleh godaan para Bidadari yang cantik jelita tersebut.

Selanjutnya Bathara Indra sendiri yang menguji keyakinan Arjuna untuk memastikan apakah niatnya benar-benar tulus sebagai bentuk dharma, ataukah hanya seseorang yang melarikan diri dari keduniawian.

Bathara Indra menyamar sebagai seorang Resi tua yang memperolok dan menggugah rasa kesatriaan Arjuna. Dia muncul dalam bentuk seorang Resi yang menghardik Arjuna, bahwa dengan segala tapa bratanya tersebut, Arjuna belum mencapai kesempurnaan karena sebetulnya Arjuna hanya mengejar pembebasan dirinya sendiri (ego-spiritualis).

Tapi dengan teguh Arjuna menjawab, bahwa tujuannya bukanlah untuk keselamatan dirinya sendiri dan juga bukan untuk kepentingan keluarga Pandawa, melainkan untuk menyelamatkan kebenaran dalam peperangan akhir antara dharma melawan adharma. Demi dharmanya itu Arjuna berani menghadapi apa saja, bahkan kematian sekalipun akan dihadapinya.

Resi tua tersebut kembali pada wujudnya sebagai Bathara Indra. Bathara Indra merasa bahagia karena telah menemukan seorang kesatria berbudi luhur yang akan mampu menghadapi Niwatakawaca, yaitu Raksasa Angkara Murka yang mengancam Khayangan yang merupakan Istana para Dewa.

Ujian berikutnya adalah Mamang Murka, yaitu raksasa utusan Prabu Niwatakawaca berwujud babi hutan raksasa yang menyerang Arjuna dengan ganas. Akhirnya babi hutan tersebut mati dipanah oleh Arjuna.

Tapi persoalan timbul karena babi hutan tersebut mati karena dua buah anak panah yang menancap ditubuhnya. Ternyata ada seorang kesatria lain yang juga membidikkan anak panahnya ke tubuh babi hutan tersebut.

Sebetulnya sudah selayaknya Arjunalah yang berhasil membunuh babi hutan raksasa tersebut karena dia yang bertarung keras, bertanding penuh luka dengan babi hutan tersebut sampai akhirnya berhasil membunuhnya. Seharusnya Arjuna merasa lebih berjasa dari pada kesatria asing yang tanpa melakukan perkelahian sebelumnya dan langsung memanah babi hutan raksasa tersebut.

Sang kesatria menantang Arjuna untuk perang tanding mengadu kesaktian. Akan tetapi bagi Arjuna, nama bukanlah yang utama, karena siapapun yang mendapatkan nama dan berhak mendapat karunia bukan menjadi pertimbangan Arjuna. Arjuna berkata kepada kesatria "Wahai kesatria, jika kamu merasa berhak sebagai pembunuh Mamang Murka, dan mau melaporkannya ke Khayangan, silahkan saja. Bagiku, ada adharma yang mati sudah memadai, karena itu adalah bentuk kasihku terhadap kebenaran".

Kesatria tersebut merasa di permalukan dengan pernyataan Arjuna yang menohok kesombongannya, dia lantas menyerang Arjuna sehingga terjadilah perang tanding yang luar biasa. Akhirnya baju perang Arjuna hancur, akan tetapi Arjuna berhasil mendekap kedua kaki musuhnya, sehingga musuhnya terjatuh dan perkelahian terhenti. Tiba-tiba kesatria tersebut berubah wujud menjadi Bathara Guru.

Bathara Guru sangat terkesan atas kerendahan hati Arjuna. Arjuna telah lulus ujian akhir dan oleh Bathara Guru (Kuasa Pengajar Sejati), kemudian Arjuna diberi hadiah berupa seperangkat senjata panah bernama Pasopati.


Filosofi Keris Pasopati:

Pasopati berasal dari dua kata, yaitu "Pashu/Pasu" yang artinya hewan, dan "Pati" yang artinya mati/kematian. Jadi Pasopati memiliki makna matinya sifat/watak binatang dalam diri Manusia.

Pasopati merupakan ajaran atau pesan untuk menaklukkan sifat binatang dalam diri Manusia, dan merupakan senjata bagi mereka yang sudah sadar akan adanya sitat hewan didalam dirinya yaitu "nafsu dan amarah" yang harus ditaklukkan.

Begitu luhur pemaknaan yang bisa di ambil dari kisah Arjuna dan pusaka saktinya yaitu "Pasopati". Oleh karena itu, para pemilik Keris Pasopati harus bisa menghayati makna yang ada pada Keris dhapur Pasopati yang merupakan pelajaran untuk bisa menjadi Manusia yang lebih baik, karena itulah tuah Keris Pasopati yang sesungguhnya.

Pasopati memiliki makna yang dalam untuk mengingatkan Manusia bahwa sifat hewan dalam dirinya harus dimatikan untuk bisa menjadi Manusia yang ungul, terutama bagi para pemimpin agar bisa mengesampingkan ego dan kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyat dan Negaranya.

Pasopati adalah pesan bagi para pemimpin agar bisa memberi pengayoman untuk rakyat yang di pimpinnya dan merupakan simbol kepemimpinan sejati.


Demikian sedikit informasi tentang makna dan ajaran spiritual Keris Pasopati yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Keris Pusaka, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

2 comments for "Makna dan Ajaran Spiritual Keris Pasopati"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: