Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Advertisement

Misteri dan filosofi Tari Sintren

foto penari sintren
Ilustrasi Penari Sintren
Hartalangit.com – Sintren merupakan seni tari tradisional yang berasal dari daerah pesisir pantai utara Jawa tengah dan Jawa barat. Tarian ini sangat kental dengan unsur mistis karena penarinya akan dirasuki roh halus yang sengaja dipanggil oleh sang pawang.

Jaman dulu pertunjukan Tari Sintren sering di adakan oleh masyarakat di daerah Jawa tengah dan Jawa barat seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Brebes, Pemalang, Pekalongan, Batang dan Banyumas sebagai hiburan rakyat yang cukup populer.


Menurut sejarahnya, tarian Sintren berawal dari kisah percintaan Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu dari orang tua Raden Sulandono.

Akhirnya Raden Sulandono diperintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan diberikan selembar kain sebagai sarana untuk bertemu dengan Sulasih kelak setelah masa pertapaannya selesai.

Sedangkan Sulasih diperintahkan untuk menjadi penari disetiap acara bersih desa yang di adakan masyarakat sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono.

Saat digelar pertunjukan untuk memeriahkan acara bersih desa, pada saat itulah Sulasih menari sebagai bagian dari pertunjukan untuk memeriahkan acara.

Malam itu tepat saat bulan purnama, Raden Sulandono turun dari pertapaannya dengan cara bersembunyi sambil membawa kain yang diberikan oleh ibunya.

Pada saat Sulasih menari, ia dirasuki roh Dewi Rantamsari sehingga kehilangan kesadaran (kerasukan). Melihat hal itu Raden Sulandono kemudian melemparkan kain yang dibawanya sehingga membuat Sulasih pingsan.

Akhirnya Sulasih dapat dibawa kabur oleh Raden Sulandono dan keduanya berhasil mewujudkan cita-citanya untuk hidup bersama dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan Balangan muncul sebagai cikal bakal dari Tari Sintren.

Istilah Balangan digunakan untuk mengingat peristiwa saat Raden Sulandono melempar kain ke tubuh Sulasih yang saat itu sedang kerasukan.

Pertunjukan Tari Sintren biasanya diawali dengan Dupan, yaitu ritual berdoa bersama untuk memohon perlindungan kepada TUHAN dari mara bahaya selama pertunjukan berlangsung.

Ada beberapa bagian dalam pertunjukan Tari Sintren, yaitu Paripurna, Balangan dan Temohan. Pada bagian Paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seorang perempuan yang akan dijadikan Sintren dengan ditemani oleh 4 penari lain sebagi Dayang.

Awalnya perempuan yang dijadikan Sintren masih mengenakan pakaian biasa. Pada bagian ini akan di awali dengan membacakan mantra dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan, setelah itu tubuh penari di ikat menggunakan tali termasuk tangan dan kakinya.

Setelah di ikat, kemudian tubuhnya dimasukkan ke dalam kurungan ayam bersama dengan busana Tari dan perlengkapan riasnya.

Nantinya penari Sintren dapat melepaskan sendiri tali yang mengikat tubuhnya, dan ketika keluar sudah berpakaian penari lengkap dengan riasannya.

Setelah semua prosesi didalam kurungan ayam selesai, maka akan ditandai dengan kurungan yang bergerak-gerak. Dan ketika kurungan dibuka, maka penari Sintren sudah siap untuk menari dalam keadaan sudah kerasukan dengan mamakai kaca mata hitam.

Pada saat waktunya Balangan, maka penonton akan melempar sesuatu kearah penari Sintren. Saat terkena lemparan maka penari Sintren akan pingsan, lalu sang pawang membacakan mantra dan mengusap wajah penari agar roh Bidadari datang lagi dan melanjutkan tariannya. Penonton yang melemparnya tadi diperbolehkan untuk menari dengan penari Sintren.

Temohan adalah bagian dimana para penari Sintren dengan nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terima kasih dengan uang seiklasnya.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi penari Sintren, salah satunya yang menjadi syarat utama yaitu harus masih gadis (masih perawan).

Selain itu, para penari Sintren diwajibkan untuk berpuasa terlebih dahulu dan menjaga tingkah lakunya agar tidak berbuat dosa karena akan menyulitkan roh halus yang akan masuk ke dalam tubuhnya.

Dalam pertunjukannya, busana yang digunakan oleh penari Sintren adalah baju golek, yaitu baju tanpa lengan yang biasa digunakan dalam tari golek. Sedangkan pakaian bawah biasanya menggunakan kain jarit dan celana cinde.

Untuk bagian kepala biasanya menggunakan jamang, yaitu hiasan untaian bunga melati disamping kanan dan koncer dibagian telinga kiri.

Aksesoris lain yang digunakan biasanya adalah sabuk, sampur, dan kaos kaki hitam/putih. Selain itu yang menjadi ciri khas dari penari Sintren adalah kaca mata hitam yang berfungsi sebagi penutup mata karena penari Sintren selalu memejamkan mata pada saat menari dalam keadaan trance atau kesurupan.

Tarian ini memang kental dengan aura mistis karena melibatkan roh halus dan berbagai macam sesaji yang di iringi kepulan asap kemenyan selama pertunjukan berlangsung.

Jika di amati, penari Sintren yang penampilan atau wajah aslinya biasa-biasa saja tapi ketika sudah berdandan dan menari akan terlihat jauh lebih cantik dan mempesona.

Dalam pertunjukan Tari Sintren juga akan di iringi oleh alat musik seperti Gending dan di iringi dengan lagu-lagu yang akan dinyanyikan untuk mengiringi tarian gemulai penarinya.

Dalam perkembangannya, Tari Sintren mulai tenggelam seiring dengan perkembangan jaman. Tarian ini sudah jarang di adakan karena generasi muda sekarang ini sudah tidak tertarik dengan kesenian tradisional.


Tari sintren merupakan pertunjukkan seni yang memiliki makna filosofi untuk mengingatkan bahwa Manusia sering lupa diri karena nafsu duniawi.

Uang yang dilemparkan ke tubuh penari Sintren dimaknai sebagai harta atau nafsu duniawi. Penari Sintren yang langsung jatuh saat terkena lemparan uang merupakan simbol bahwa Manusia sering lupa diri dan jatuh pada nafsu duniawi setelah memiliki banyak harta.

Awalnya penari Sintren berpakaian biasa sebagai perlambang dari orang biasa yang kemudian keluar dari kurungan menjadi orang hebat dengan berhias diri.

Itulah nila-nilai luhur yang terkandung didalam Tari Sintren sebagai pesan dari leluhur agar kita tidak lupa diri setelah memiliki harta dan kedudukan yang tinggi.

Nama Sintren sendiri berasal dari kata “sindir” yang artinya menyindir atau sindiran dan “tetaren” yang artinya tarian. Jadi, Sintren artinya sindiran melalui tarian.


Demikian sedikit informasi tentang misteri, sejarah, legenda dan filosofi Tari Sintren yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Misteri dan filosofi Tari Sintren"

UNTUK PEMESANAN BENDA PUSAKA: